Senin, 01 November 2010

Sekolahnya Manusia


Sekolahnya Manusia. Itu adalah judul buku ini. Pengarangnya adalah Munif Chatib, seseorang yang secara intens menerapkan Multiple Intelligences.
Buku ini bagus banget untuk orang tua, guru, dan semua pihak yang ingin mengembangkan dunia pendidikan. Selama ini kita menganggap anak cerdas, anak pintar itu hanya ditentukan oleh kecerdasan kognitif saja. 

Buku sekolahnya manusia ini membahas tentang Multiple Intelligences (MI). Bahwa seorang anak dikatakan cerdas bukan hanya karena kecerdasan kognitif semata. MI mengajak kita untuk melihat potensi kecerdasan setiap anak yang berbeda. Tidak ada anak yang bodoh, setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan di tempat yang terbaik dan dengan cara yang terbaik. Yang diutamakan dalam MI ini adalah The Best Process dan bukan The Best Input.
Dalam penerimaan siswa baru, sekolah yang menerapkan MI menggunakan Multiple Intelligences Research (MIR). Tujuannya adalah untuk melihat potensi kecerdasan anak yang paling dominan. Dari hasil MIR dapat ditentukan metode apa yang paling tepat untuk mengasah kecerdasan siswa. 

Sekolahnya Manusia, halaman 56: DR Howard Gardner mengatakan ada delapan kecerdasan.
  1. Kecerdasan Linguistik
Komponen Inti: kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa.
Berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, berdebat.

  1. Kecerdasan Matematis-Logis
Komponen Inti: kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang.
Berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berpikir logis, memecahkan masalah.

  1. Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen Inti: kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat.
Berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, mendesain.

  1. Kecerdasan Musikal
Komponen Inti: kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titi nada dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal.
Berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.

  1. Kecerdasan Kinestetis
Komponen Inti: kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengola objek, respons dan refleks.
Berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.

  1. Kecerdasan Interpersonal
Komponen Inti: kepekaan mencerna dan merespons secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain.
Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerjasama, mempunyai empati yang tinggi.

  1. Kecerdasan Intrapersonal
Komponen Inti: memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Berkaitan dengan kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup.

  1. Kecerdasan Naturalis
Komponen Inti: keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non-formal.
Berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi, identifikasi. 

Menurut Munif Chatib, selama ini orang salah mempersepsikan MI ini dengan mata pelajaran. Misalnya kecerdasan Matematis-Logis disamakan dengan pelajaran Matematika. Beliau menyatakan bahwa MI bukan mata pelajaran. MI adalah strategi pembelajaran. Inti strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya.

Konsep MI yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi sedari awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak. (Sekolahnya Manusia, hal.92) 

Buku Sekolahnya Manusia ini menceritakan pengalaman sekolah-sekolah yang hampir ditinggalkan masyarakat karena tidak mampu menghasilkan output yang baik, kemudian menjadi sekolah yang dapat meluluskan siswanya dengan hasil yang sangat memuaskan. Walaupun pada saat penerimaan siswa baru, sekolah ini tidak mengadakan seleksi untuk siswanya. Semua yang mendaftar, bila masih memenuhi kuota yang ditetapkan oleh sekolah, akan diterima. Bagaimana pun kondisi siswa, akan diterima di sekolah tersebut. Yang dilakukan oleh sekolah ini hanyalah melaksanakan MIR, sehingga dapat menentukan strategi belajar apa yang bisa dipakai untuk anak-anak tersebut.

MIR ini bukan alat tes seleksi masuk, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orangtuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh. Melalui MIR, siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang berbeda antara satu siswa dan siswa lain. (Sekolahnya Manusia, hal.94)

Buku ini juga menceritakan pengalaman anak-anak yang awalnya sangat sulit untuk berkonsentrasi pada pelajarannya. Setelah diajak belajar dengan potensi kecerdasan mereka masing-masing (dari hasil MIR), mereka dapat berhasil di sekolahnya. Bagaimana anak-anak tersebut bisa bereksplorasi dengan kemampuan mereka masing-masing dan menjadi anak-anak yang memiliki kecerdasan yang luar biasa.

Didalam buku ini juga dikatakan bahwa sekolah yang menerapkan MI juga mengembangkan potensi gurunya, yaitu dengan selalu mengadakan pelatihan untuk guru dan menjadikan guru profesional. Sekolahnya Manusia, halaman 149: syarat mendasar guru profesional adalah: bersedia untuk selalu belajar, secara teratur membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar, bersedia diobservasi, selalu tertantang untuk meningkatkan kreativitas, memiliki karakter yang baik.
Setiap unsur sekolah punya andil yang besar untuk menyukseskan konsep multiple intelligences. Elemen terpenting adalah guru. Sekolah unggul yang menganut konsep “the best process” dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang profesional. Menjadi guru profesional berarti menjadi guru yang tidak pernah berhenti belajar. Aset terbesar dan paling bernilai di sebuah sekolah adalah guru yang berkualitas. (Sekolahnya Manusia, hal.148) 

Membaca buku ini akan menambah wawasan kita tentang potensi anak. Kita akan mengerti bahwa setiap anak memiliki potensi kecerdasan masing-masing. Tidak akan ada lagi orang tua yang akan mematahkan semangat anak. Kita tidak akan menghilangkan potensi kecerdasan anak. Kita tidak akan mengatakan anak bodoh karena tidak diterima di sekolah favorit atau tidak berhasil dalam satu bidang yang kita inginkan. Ketika anak tidak pandai dalam pelajaran matematika maka kita tidak akan mematahkan semangatnya, bisa jadi anak kita memiliki kecerdasan di bidang seni atau bidang lainnya. 

So, tertarik dengan multiple intelligences? Bisa membaca buku “Sekolahnya Manusia” ini sebagai salah satu referensi.
Selamat membaca

- Judul Buku : Sekolahnya Manusia
- Pengarang : Munif Chatib
- Penerbit : KAIFA
- Jumlah hal. : 186 halaman
- Cetakan VII, April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar